BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan.
Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita harus diselesaikan dengan
menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, dan lain-lain. Oleh
karena itu, matematika sebagai salah satu ilmu dasar memiliki peranan penting
dalam mencerdaskan siswa karena dapat menumbuhkan kemampuan penalaran yang sangat
dibutuhkan dalam perkembangan ilmu dan teknologi.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah matematika
dibagi atas beberapa sub pelajaran, diantaranya sub mata pelajaran geometri.
Peranan geometri dalam pelajaran matematika sangat kuat, bukan saja geometri
hanya membina proses berpikir akan tetapi juga sangat mempengaruhi materi
pelajaran lain dalam matematika. Namun pelajaran geometri termasuk pelajaran
matematika yang sulit dan kurang disenangi oleh siswa sehingga hasil tes
geometri siswa kurang memuaskan jika dibandingkan dengan materi matematika yang
lain, hal ini dikarenakan siswa mengalami kesulitan didalam memahami
konsep-konsep geometri.
Untuk menyelesaikan masalah pelajaran dalam geometri,
maka siswa harus terlebih dahulu memahami konsep atau sifat-sifat dari geometri
sehingga mudah dipahami dan tidak terjadi kesalahan. Agar konsep-konsep
geometri dapat dipahami siswa secara benar maka dapat dimanfaatkan hasil
penelitian Van Hiele (seorang guru bangsa Belanda) yaitu mengenai tahap-tahap
pemahaman siswa dalam geometri.
Dengan melihat kedudukan matematika dalam perkembangan
pengetahuan dan teknologi, maka terdapat banyak cara yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Dalam kegiatan belajar mengajar
pendidik harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif
dan efesien, sehingga anak didik diharapkan dapat menguasai konsep-konsep dan
aturan-aturan dari materi serta mampu menghubungkan materi yang baru
diterimanya dengan apa yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba mengkaji
penerapan teori belajar Van Hiele dalam pembelajaran geometri.
BAB II
PEMBAHASAN
PENERAPAN
PEMBELAJARAN VAN HIELE PADA MATERI GEOMETRI DI SEKOLAH DASAR
ABSTRAK
Geometri
menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika sekolah, karena banyaknya
konsep yang termuat di dalamnya dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa
dibandingkan dengan cabang matematika yang lain, namun bukti-bukti di lapangan
menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah. Banyak siswa yang masih
mengalami kesulitan dalam memahami materi geometri. Untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar geometri tersebut, cara yang dapat
ditempuh adalah penerapan teori van Hiele.
A.
Pengertian dan
Makna Belajar
Usaha pemahaman mengenai makna
belajar ini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi atau pengertian
dari belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat
diuraikan sebagai berikut;
a. Cronbach memberikan definisi : Learning
is shown by a change in behavior as a result of experience.
b.
Harold Spears memberikan batasan : Learning
is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to
follow direction.
c.
Geoch, mengatakan: Learning is a
change in formance as a result of practice.
Dari ketiga definisi
diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkain kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu
akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi
tidak bersifat verbalistik (Sardiman 2010:20).
Selanjutnya
R. Gagne (Djamarah 2002: 22) berpendapat bahwa “Belajar didefenisikan sebagai
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman”. Dalam belajar
tujuan kegiatanya adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek dari
orang yang belajar. Hilgard dan Marquis (Sagala 2003: 13)
berpendapat bahwa “Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam
diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi
perubahan dalam diri”.
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses
perubahan diri yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan sikap
yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
B.
Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran
merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, dimana
pendidik membantu peserta didik dalam memproleh ilmu dan pengetahuan, serta
pembentukan sikap dan moral. Dalam pembelajaran diperlukan kegiatan psikologis
seperti mengabstrasikan dan mengaplikasikan merupakan kegiatan memahami cara
pengelompokan objek atau situasi berdasarkan kesamaannya.
Sagala
(2003: 61) mengatakan bahwa “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Tim MKPBM (2001: 8) mengatakann bahwa
“ Pembelajaran merupakan upaya menataan lingkungan yang memberi nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”.
James
dan James (Karso dkk 1993: 2) mengatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang berhubungan
satu dengan lainnya, dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga
bidang,yaitu Aljabar,Geometri, dan Analisis”. Kline (Tim MKPBM 2001: 19)
mengatakan bahwa “ Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematik itu terutama membantu
manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik
sehingga terjadi perubahan tingkah laku peserta didik, yang membawa kepada
pemahaman tentang ide–ide abstrak terorganisir secara
sistematis.
C.
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran yang digunakan sebagai
salah satu sarana untuk membantu proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih
mudah dan lebih efektif melalui langkah-langkah yang tepat bagi guru untuk
mencapai tujuan. Model pembelajaran mempunyai cirri-ciri yang tidak di punyai
oleh strategi maupun metode pembelajaran. Ada empat cirri khusus model pembelajaran
yaitu (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2)
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
Model pembelajaran merupakan bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
(Kokom Komalasari 2010:57). Model
pembelajaran harus dipahami guru sehingga mampu melaksanakan pembelajaran
secara efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Penerapannya pun harus
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model
pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, cara penerapan, dan cirri yang
berbeda-beda. Model pembelajaran menurut Dahlan dalam Isjoni (2011 : 49), dapat
diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun
kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk kepada pengajar
kelas.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka model pembelajaran yang digunakan dalam masalah ini
adalah model pembelajaran Van Hiele. Model ini digunakan untuk membantu proses
pembelajaran secara efektif sehingga keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran (hasil belajar) dapat tercapai.
D.
Model Pembelajaran Van Hiele
Model
pembelajaran Van Hiele merupakan model yang didasarkan pada teori belajar Van
Hiele dalam mata pelajaran matematika, khususnya geometri. Teori belajar
matematika ini dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda,
yaitu Pierre Van Hiele dan isterinya yaitu Dian Van Hiele-Geldo yang mengajukan
suatu teori mengenai proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam
mempelajari geometri pada tahun 1957 samapi 1959. Van Hiele mengemukakan bahwa
ada tiga unsure utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran
dan metode pengajaran yang diterapkan. Bila ketiganya ditata secara terpadu
dapat berakibat pada meningkatnya kemampuan berpikir peserta didik kepada tahap
yang lebih tinggi.
Dalam
memahami geometri terdapat lima tahapan yaitu tahap pengenalan, analisis,
pengurutan, deduksi dan akurasi. Penjabaran lima tahapan pemahaman geometri
tersebut adalah:
1. Tahap
Pengenalan
Pada tingkat
ini, siswa memandang bangun geometri sebagai suatu keseluruhan.Pada tingkat ini
siswa belum memperhatikan sifat-sifat dari masing-masing bangun. Dengan
demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama suatu bangun,
siswa belum mengamati cirri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat
ini siswa tahu suatu bangun bernama persegi panjang, tetapi ia belum menyadari
sifat-sifat dari bangun persegi panjang tersebut. Jadi guru harus memahami
karakter anak pada tahap pengenalan, anak belum mampu diajarkan sifat-sifat
bangun geometri tersebut, karena anak ana menerimanya melalui hafalan bukan
dengan pengertian.
2.
Tahap Analisis
Bila pada
tahap pengenalan anak belum mengenal sifat-sifat dari bangun geometri, tidak
demikian pada tahap analisis. Pada tahap ini anak sudah dapat memahami
sifat-sifat dari bangun geometri. Pada tahap ini anak
sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri, seperti sebuah persegi banyak
sisinya ada 4 buah. Anak pada tahap analisi belum mampu mengetahui hubungan
yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.
3.
Tahap pengurutan
Pada tahap ini
pemahaman siswa terhadap geometri lebih mengingkat lagi dari sebelumnya yang
hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya, maka pada tahap
ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun
geometri dengan bangun geometri yang lainnya. Anak yang berada pada tahap ini
sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya persegi adalah
persegi panjang sebab mempunyai semua sifat persegi panjang, karena persegi
juga memiliki cirri-ciri persegi panjang.
4.
Tahap Deduksi
Pada tahap ini
anak sudah mampu memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif.
Pengambilan kesimpulan secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal
yang bersifat umum ke khusus. Sebagai contoh untuk menentukan bahwa jumlah
sudut segitiga dari bangun persegi panjang. Anak pada tahap ini telah mengerti
pentingnya peranan unsure-unsur yang tidak didefinisikan.
5.
Tahap Akurasi
Pada tahap ini
anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang
melandasi suatu pembuktian. Misalnya, anak pada tahap ini sudah mengetahui
dalil yang mendasari bahwa jumlah sudut-sudut segitiga adalah 180 derajat.
Tahap akurasi merupakan gtahap tertinggi dalam memahami geometri.
Siswa dalam
mempelajari geometri akan memahami secara efektif apabila pembelajaran
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa atau kemampuan berpikir kognitif
siswa. Hal ini sesuai dengan Jean Peaget dalam teori perkembangan kognitif
mental anak atau teori tingkat perkembangan berpikir anak, bahwa periode
operasional formal dimulai dari usia dua belas tahun sampai dewasa. Sesuai hal
tersebur berarti siswa sekolah dasar menempati periode operasional konkret.
Tahapan Van Hiele menuntut bahwa tingkat yang lebih tinggi tidak langsung
menurut pendapat guru, tetapi melalui pilihan-pilihan yang tepat. Anak-anak
sendiri yang akan menentukan kapan saatnya untuk naik ke tingkat yang lebih
tinggi. Meskipun demikiann, siswa tidak akan mencapai kemajuan tanpa bantuan
guru. Oleh karena itu, muncul model pembelajaran Van Hiele yang ditetapkan
dalam fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran
guru dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan itu. Fase-fase pembelajarab
tersebut adalah fase inkuiri (informasi), fase orientasi berarah, fase uraian,
fase orientasi bebas dan fase integrasi.
1.
Fase Inkuiri (Informasi).
Dengan Tanya
jawab antara guru dengan siswa, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi
yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan
yang dirancang secermat mungkin agar siswa dapat menyatakan kaitan-kaitan
konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan
diarahkan pada konsep yang telah dimiliki siswa.Informasi dari Tanya jawab
tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan
interpretasi atas konsepsi-konsepsi awal siswa untuk memberikan materi selanjutnya,
dipihak siswa, siswa mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan yang menemukan, apapun
materi yang diajarkannya siklus inkuiri secara umum terdiri dari; proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis, observasi, mengajukan dugaan, bertanya, mengumpulkan
data, dan menyimpulkan (Sofan Amri 2010:29).
2.
Fase Orientasi berarah
Sebagai
refleksi dari fase 1, siswa meneleliti materi pelajaran melalui bahan ajar yang
ditancang guru. Guru mengarahkan siswa untuk meneliti objek-objek yang
dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan rangkaian tugas singkat untuk
memperoleh respon-respon khusus siswa. Misalnya guru meminta siswa mengamati
bangun-bangun geometris yang ada disekitarnya yang berbentuk segi empat. Siswa
diminta mengelompokkan jenis segiempat, sesuai dengan jenisnya. Aktivitas
belajar ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif mengeksplorasi
sifat-sifat bangun yang dipelajari. Fase ini bertujuan untuk mengarahkan dan
membimbing eksplorasi siswa sehingga menemukan konsep-konsep khusus
daribangun-bangun geometri.
3. Fase Uraian.
Pada fase ini,
siswa diberi motivasi untuk mengemukakan pengalamannya tentang struktur bangun
yang diamati menggunakan bahasa sendiri. Sejauh mana pengalamannya bisa
diungkapkan, mengekspresikan dan merubah atau menghapus pengetahuan intuitif
siswa yang tidak sesuai dengan struktur bangun yang diamati. Pada fase
pembelajaran ini, guru membawa onjek-objek ke tahap pemahaman melalui diskusi
antar siswa dalam menggunakan ketepatan bahasa dengan menyatakan sifat-sifat
yang dimiliki oleh bangun-bangun yang dipelajari.
4. Fase Orientasi bebas
Pada fase ini
siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih kompleks. Siswa ditantang dengan
situasi masalah kompleks. Siswa diarahkan untuk belajar memecahkan masalah
dengan cara siswa sendiri sehingga siswa akan semakin jelas melihat
hubungan-hubungan antar sifat-sifat suatu bangun. Jadi siswa ditantang untuk
mengelaborasi sintesis dari penggunaan konsep-konsep dan relasi-relasi yang
telah dipahami sebelumnya
5. Fase integrasi
Padafase ini,
guru merancang pembelajaran agar siswa membuat ringkasan tenatng kegiatan yang
sudah dipelajari. Tujuan kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan
pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didisusikan. Peran guru adalah
membantu penginterpretasian pengetahuan siswa dengan meminta membuat refleksi
dan mengklarifikasi pengetahuan geometri siswa, serta menguatkan tekanan pada
penggunaan struktur matematika.
E.
Manfaat teori belajar Van Hiele
Bansu
Ansari (2009: 39) mengemukakan bahwa teori yang diterapkan Van Hiele lebih
kecil ruang lingkupnya dibandingkan dengan teori belajar yang lainnya karena
Van Hiele hanya mengkhususkan pada pembelajaran geometri. Namun demikian
terdapat beberapa hal yang dapat diambil manfaat teori belajar Van Hiele yaitu
:
a. Guru dapat mengambil manfaat dari tahap-tahap perkebangan
kognitif siswa di SD, dalam hal ini guru dapat mengetahui mengapa seorang siswa
tidak memahami bahwa persegi itu merupakan persegipanjang karena siswa tersebut
tahap berpikirnya masi berada pada tahap analisis kebawah dan belum sampai pada
tahap pengurutan.
b. Agar siswa dapat memahami geometri maka pengajarannya
harus disesuaikan dengan tahap berpikir siswa, sehingga jangan sekali-kali
memberikan pelajaran yang berada diatas tahap berpikirnya.
c. Agar topik pelajaran pada materi geometri dapat dipahami
siswa dengan baik, maka topik pelajaran tersebut dapat dipelajari berdasarkan
urutan tingkat kesukarannya dan dimulai dari tingkat yang paling mudah sampai
dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks.
BAB III
PENUTUP
Untuk membantu mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari geometri diperlukan suatu strategi, metode dan bahkan teori pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode yang telah dipercaya dapat membangun pemahaman siswa dalam belajar geometri adalah penerapan teori van Hiele. Hal ini senada dengan beberapa hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri. Suatu karakteristik tingkat berpikir van Hiele adalah bahwa kecepatan untuk berpindah dari suatu tingkat ke tingkat berikutnya lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas dalam pembelajaran. Dengan demikian, pengorganisasian pembelajaran, isi, dan materi merupakan faktor penting. Guru memegang peran penting dalam mendorong kecepatan melalui suatu tingkatan. Tingkat berpikir yang lebih tinggi hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan yang tepat, bukan melalui ceramah semata. Dengan demikian, pemilihan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tahap berpikir siswa mutlak diperlukan untuk membantu siswa mencapai tahap berpikir yang lebih tinggi.
No comments:
Post a Comment